ANALISIS STRUKTUR DAN GAGASAN NOVEL BELANTIK (BEKISAR MERAH II) KARYA AHMAD TOHARI DENGAN PENDEKATAN SEMIOTIK
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan aktualisasi kehidupan. Sastra
berisi kekuatan yang berisi pengalaman
dan pengetahuan dari pengarang. Karya sastra menjadi indah karena
dibingkai dalam bentuk yang menarik dan disajikan dengan isi yang memikat
pembaca. Karya sastra berbeda dengan karya yang lain karena karya sastra
memiliki aspek keindahan dalam penggunaan bahasa. Karya sastra terdiri dari
beberapa macam.
Novel adalah salah satu bentuk karya sastra. Novel
adalah cerita atau rekaan (fiction), disebut
juga teks naratif (narrative teks) atau
wacana naratif (narrative discourse).
Peristiwa, tokoh, dan tempat yang ada dalam fiksi adalah peristiwa, tokoh, dan
tempat yang imajinatif. Dalam novel
terdapat satu pilihan di antara berbagai aspek kehidupan untuk diperhatikan
(Boulton dalam Al-Ma’ruf, 2010: 2). Melalui kesusastraan kita dapat belajar
banyak tentang hidup ini dengan menemukan apa yng dianggap penting oleh orang
lain Sumardjo dalam Al-Ma’ruf: 2).
Novel berisi peristiwa-peristiwa yang berkaitan membentuk
ikatan yang saling mempengaruhi. Selain itu, dalam novel terdapat unsur-unsur
utama dan pendukung yang menjadikan novel dapat dinikmati oleh pembaca. Dari
novel pembaca dapat mengambil makna atau pesan yang disampaikan baik secara
tersurat maupun tersirat oleh pengarang. Tetapi pada umumnya pengarang
menyampaikan gagasan atau pesan yang akan disampaikan secara tersirat. Sehingga
tak jarang pembaca harus bekerja dengan penuh kemampuan untuk menemukan makna
yang disampaikan pengarang.
Novel Belantik (Bekisar Merah II ) merupakan novel karangan Ahmad
Tohari. Novel ini merupakan
novel lanjutan dari novel sebelumnya Bekisar
Merah yang terbit tahun 1993. Novel ini diterbitkan pada tahun 2001. Salah
satu karyanya yang terkemuka adalah trilogi Ronggeng Dukuh Paruk (1982), Lintang
Kemukus Dini Hari (1985), dan Jentera Bianglala (1986).Ahmad
Tohari adalah pengarang yang memiliki ciri khas dalam karyanya. Karya-karyanya
sebagian besar mengambil latar di daerah pedesaan. Dia juga pengarang yang
kritis terhadap keadaan bangsa. Karyanya juga ada yang merupakan bentuk kritisi
terhadap keadaan pemerintahan yang tidak sesuai dengan keadilan. Pada tulisan ini akan dibahas mengenai struktur lahir
dan gagasan yang terdapat pada novel Belantik
(Bekisar Merah
II ).
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah
struktur dari novel Belantik (Bekisar Merah II )?
2.
Apakah gagasan yang
terdapat dalam novel Belantik (Bekisar Merah II )?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mendeskripsikan
struktur dari novel
Belantik (Bekisar
Merah II ).
2.
Menguraikan gagasan
yang terdapat dalam novel Belantik (Bekisar Merah II ).
D.
Manfaat
1. Mengungkap analisis struktur lahir dan gagasan pada novel pada Belantik (Bekisar
Merah II ).
2. Sebagai
pijakan awal bagi peneliti lain yang ingin melakukan analisis novel Belantik (Bekisar Merah II ) dengan pendekatan
yang berbeda.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Struktur Luar
1.
Tema
Novel Belantik (Bekisar Merah II) ini memiliki tema kehidupan yang berkebalikan dari keadaan nyata.
Manusia adaalah makhluk paradoksal. Banyak hal-hal yang
disampaikan pengarang dengan sajian yang berkebalikan.
Orang
yang berpendidikan dan memiliki wewenang kebijakan justru menyalahgunakan hal
tersebut demi kepentingan pribadi. Mereka mengorbankan kepentingan rakyat
kecil. Novel ini mencerminan dari keadaan sosial di masyarakat. Rakyat kecil
yang hidup diantara kepentingan pribadi para penguasa.
Hal lain yang menjadi bagian dari keterbalikan keadaan
ini adalah apa yang dirasakan tokoh Lasi. Walaupun Lasi berada pada keadaan
hidup yang mewah, tetapi ia tidak merasakan keindahan hidup yang sebenarnya. Ia
merasakan hidup seperti dalam angan-angan.
2.
Fakta Cerita
a.
Latar
Latar adalah latar belakang terjadinya cerita. Latar dibagi
menjadi tiga, yaitu latar waktu, tempat, dan sosial.
1) Waktu
Novel Belantik (Bekisar Merah II) ini
memiliki latar waktu yang cukup lama. Beberapa data yang terdapat dalam novel
ini meunjukkan novel ini bersetingkan waktu antara tahun 1966 sampai dengan
tahun1970-an.
“Sementara
pemerintah baru Indonesia yang tak punya modal dan kurang pengalaman… padahal
kebutuhan akan petrodollar dalam jumlah besar sudah sangat mendesak untuk
menegakkan kekuasaaan Orde baru. (hal. 41)
Adalah
seorang wartawan senior yang pada awal 70-an sangat gigih menggugat
ketidakberesan dalam masalah minyak ini.(hal. 42)
Dari
keterangan di atas dapat ditarik permasalahan bahwa kekuasaan Orde Baru dimulai
ketika presiden Sukarno turun yaitu tahun 1966. Dan ada informasi mengenai
kasus penggugatan ketidakberesan masalah
minyak sekitar tahun 1970-an.
2)
Tempat
Novel Belantik (Bekisar Merah II)
memiliki latar tempat yang dominan berada di Jakarta.
Memang tidak hanya Jakarta saja yang menjadi latar tempat pada novel ini.
Tetapi Jakarta adalah latar yang paling sering disebutkan. Hal ini terlihat
dari beberapa kutipan yang dinyatakan secara implisit maupun eksplisit.
“Sebetulnya ibu mau kemana? Atau hanya mau putar-putar?
Atau mau ke Pantai Ancol? Kalau ya, saya mau menemani ibu.”
“Antar saya ke
Cikini.” (hal 64)
Walaupun secara tidak langsung percakapan di atas
menyebutkan nama daerah tertentu. Tetapi terdapat kata kunci yang spesifik
menunjukkan nama suatu kota. Pantai Ancol
dan Cikini adalah simbol dari
sebuah kota yaitu Jakarta. Terdapat juga petunjuk yang secara langsung
menyebutkan bahwa Jakarta merupakan tempat yang sering disebut.
... konon dialah yang mengatur siasat dan kongkalikong,
sehingga pintu untuk masuknya petrodolar
ke Jakarta sesudah bung Karno tersingkir terbuka. (hal 6).
keterangan lain yang
menunjukkan keterangan tentang tempat adalah
Lasi duduk tak tenang di beranda rumahnya yang megah di Slipi, Jakarta
Barat.(hal 21-22)
3)
Sosial
Latar sosial novel ini adalah kehidupan di Ibukota yang
keras. Keadaan lingkungan yang tidak seperti di desa yang penuh keramahan. Hal
ini sangat dirasakan oleh tokoh Lasi. Perbedaan itu dirasakannya ketika
bertempat tinggal di Slipi. Berbeda dengan keadaan desa Karangsoga yang penuh
keramahan dan kekeluargaan. Ketika tinggal di Slipi Lasi hanya merasakan
kesepian dan kemasyarakatan yang kurang ramah. Keadaan sosial lain adalah bahwa
kehidupan di Jakarta berorientasi pada materi. Apapun akan dilakukan untuk
mendapatkan materi. Apa yang dilakukan Bu Lanting, Bambung, dan Handarbeni
adalah cerminan kedudukan mampu menjadikan semuanya halal. Apapun mereka
lakukan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
b.
Alur
Novel Belantik (Bekisar Merah II) memiliki
alur maju. Pengarang mengisahkan
rangkaian cerita dalam lima tahap.
a.
Pengenalan tokoh
Lasi
adalah gadis desa. Ia merupakan gadis keturunan Jawa-Jepang. Ia pergi ke
Jakarta karena kecewa dengan Darsa. Suaminya yang tega menghianatinya. Di
Jakarta Lasi ditampung oleh bu Lanting. Seorang mucikari kelas atas. Berkat
campur tangan bu Lanting, Lasi menjadi istri Handarbeni. Seorang purnawirawan
yang berprofesi sebagai direktur perusahaan dan juga politisi.
b.
Pemunculan konflik
Bambung adalah seorang pelobi handal di ibukota. Relainya
yang kuat membuat Bambung disegani banyak orang. Tak berbeda dengan Handarbeni,
Bambung juga seorang priyayi Jawa
yang memiliki banyak wanita simpanan. Pertemuannya dengan Handarbeni yang pada
saat bersamaan menggandeng Lasi membat Bambung tertarik dengan Lasi.
Ketertarikan Bambung itu membuatnya melakukan segala cara untuk mendapatkan
Lasi.
Bambung yang memiliki kemampuan diplomasi yang dikenal
kuat dan mengikat meminta Handarbeni untuk melepaskannya. Suatu tawaran yang
berat untuk Handarbeni. Di satu sisi Handarbeni begitu mencintai Lasi karena
Lasi begitu istimewa. Lasi berbeda dengan wanita lain yang pernah dinikahi
Handarbeni. Tetapi di satu sisi, menolak permintaan Bambung sama saja mengamcam
posisi kariernya. Bambung yang memiliki relasi orang-orang kuat tentu akan
dengan mudah mendepak Handarbeni dari posisi jabatannya.
c. Peningkatan konflik
Handarbeni menceraikan Lasi. Handarbeni lebih memilih
mengamankan jabatannya. Dengan bantuan bu Lanting yang mengatur pertemuan
antara Lasi dan Bambung di Singapura. Bambung dengan keahliannya merayu wanita memberikan
beberapa barang untuk mendapatkan perhatian Lasi. Lasi adalah wanita yang
setia. Walaupun ia sebagai bekisar, ia tetap memiliki karakter wanita jawa yang
santun. Kekecewaannya pada Handarbeni karena telah menceraikannya membuat dia merasa
sedih. Kehidupannya seperti tidak bermakna. Secara materi ia merasakan kenikmatan
dengan harta yang melimpah. Tetapi secara batin ia merasa tersiksa. Banyak hal
yang dirasakannya tidak ada artinya.
d.
Klimaks
Lasi
memutuskan kabur dari Jakarta. Meski Bu Lanting mengancam bahwa Bambung dapat
menangkap Lasi ke manapun dia lari, Lasi tetap nekat pergi dari rumah
Handarbeni pulang ke kampung halamannya. Tak lama di Karangsoga, Lasi
memutuskan untuk bersembunyi di rumah pamannya di Sulawesi Tengah. Lasi meminta
kesediaan Kanjat mengantar ke Palu. Akhirnya, atas nasihat Eyang Mus, orang
yang dituakan di Karangsoga, Lasi dan Kanjat dinikahkan sebelum berangkat ke
Palu.
Komentar
Posting Komentar